Menjadi Masyarakat Posmodern dengan Multifaced
Refleksi kuliah 7 Filsafat Ilmu Pendidikan
NURAFNI RETNO KURNIASIH / 15709251007
Selasa, 27 Oktober 2015 ruang 305b gedung
pasca lama.
Prof.Dr.Marsigit, M.A.
Perkuliahan Filsafat
Ilmu Pendidikan dimulai pukul 11.10 - 12.50 WIB. Perkuliahan dihadiri oleh 20
orang mahasiswa PPs Kelas A. Seperti biasanya perkuliahan dimulai dengan berdoa
menurut keyakinan masing-masing. Selanjutnya pak Marsigit mengadakan tes jawab
singkat. Adapun tes jawab singkatnya adalah sebagai berikut:
Soal
|
Jawab
|
Spiritualnya Material
|
Ciptaan
Tuhan
|
Materialnya Spiritual
|
Perangkat Ibadah
|
Spiritualnya Formal
|
Doa
|
Formalnya Spiritual
|
Ritual
|
Spiritualnya Normatif
|
Logika
Tuhan
|
Normatifnya Spiritual
|
Ilmu
|
Spiritualnya Wadah
|
Ciptaan
Tuhan
|
Wadahnya Spiritual
|
Agama
|
Spiritualnya isi
|
Ciptaan
Tuhan
|
Isinya Spiritual
|
Kuasa Tuhan
|
Normatifnya Material
|
Ilmu
Pengetahuan
|
Materialnya Normatif
|
museum
|
Normatifnya formal
|
Ilmu
hukum
|
Formalnya normatif
|
perayaan
|
Psikologinya Material
|
Gejala
Material
|
Materialnya Psikologi
|
Tindakan Psikologi
|
Spiritualnya Logika
|
Logika
Tuhan
|
Logikanya Spiritual
|
Kajian Spiritual
|
Spiritualnya Pengalaman
|
Kehendak
Tuhan
|
Pengalamannya Spiritual
|
Ibadah
|
Spiritualnya Konsisten
|
Ketetapan
Tuhan
|
Konsistennya Spiritual
|
Istiqomah
|
Spiritualnya Analitis
|
Tuhan
Maha Konsisten
|
Analitisnya Spiritual
|
Kuasa Tuhan
|
Spiritualnya A priori
|
Berfikir
untuk beribadah
|
A priorinya Spiritual
|
Keyakinan
|
Spiritualnya Sintesis
|
Kehendak
Tuhan
|
Sintesisnya Spiritual
|
Surga
|
Spriritualnya Identitas
|
Monisme
|
Identitasnya Spiritual
|
Esa
|
Spiritualnya Kontradiks
|
Kuasa
Tuhan
|
Kontradiksinya Spiritual
|
Ciptaan Tuhan
|
Normatifnya Analitis
|
Metakognisi
|
Analitisnya Normatif
|
Normatif
|
Normatifnya A priori
|
Metakognisi
|
A priorinya Normatif
|
A priori
|
Normatifnya Sintetis
|
Sebab
Akibat
|
Sintetisnya Normatif
|
Sintetik
|
Spritualnya A Posteriori
|
Keagungan
Tuhan
|
A Posteriorinya Spiritual
|
Ibadahnya Anak
Kecil
|
Spiritualnya Transenden
|
Kuasa
Tuhan
|
Transendenya Spiritual
|
Petunjuk Tuhan
|
A posteriorinya Analitis
|
Pengalaman
|
Analitisnya A Posteriori
|
Posteriori
|
Normatifnya Analitis
|
Logika
Para Dewa
|
Analitisnya Normatif
|
Normatif
|
Formatifnya Transenden
|
Pertunjukan
Wayang
|
Transendenya Formatif
|
Ketentuan Para Dewa
|
Transendenya Khayalan
|
Ridho
Tuhan
|
Transendenya Spiritual
|
Cerpen Spiritual
|
Selanjutnya bapak
Marsigit membuka sesi tanya jawab kepada mahasiswa. Pertanyaan pertama dari
saudari Azmi Yanianti, dia bertanya tentang beberapa kali mengikuti ujian
filsafat, nilainya memprihatinkan. Menjawab dengan berfikir saja salah, apalagi
tidak? Sebenarnya apakah yang salah, apakah karena pikiran atau bagaimana?
Jawaban bapak
Marsigit adalah ini merupakan gejala umum, kalau mendapatkan nilai yang jelek
dalam filsafat itu adalah benar. Karena menjawab salah itu benar, karena kita
masih pemula, belum banyak membaca. Jadi kalau ditanya pasti salah. Nilai yang
jelek itu merupakan contoh dari Falibilisme. Falibilisme adalah prinsip
filosofis bahwa manusia bisa salah. Istilah ini diambil dari kata latin abad
tengah Fallibilis. Konsep ini sangat penting bagi ilmu pengetahuan dikarenakan
ilmu pengetahuan mencari validitas kebenaran. Melalui paham tersebut memberikan
pemaham kita sebagai pendidik ketika mendapatkan “anak yang melakukan
kesalahan” merupakan “kebenaran dalam filsafat” karena berdasarkan faham
Fallibilisme “Salah itu benar dalam filsafat”.
Nilai yang belum
meningkat merupakan pertanda bahwa “anda masih perlu meningkatkan bacaan” kalau
kita banyak membaca di harapkan serta merta logika berpikirnya akan isomorfis dengan
bapak Marsigit. Berfikir isomorfis merupakan pemikiran yang sepadan yang
menggambarkan pemetaan satu-satu. Contohnya pemikiran kita isomorfis dengan
dunia, seseorang mengatakan bahwa di Indonesia ada Jakarta, di pikiran kita
juga ada, di Kutub Utara ada beruang, di pikiran kita juga ada. Setiap orang
dapat mengatakan apa yang difikirkannya kecuali orang yang mabuk, pikun dan
gila. Berkata tapi tidak mengerti apa yang dikatakan.
Tes jawab singkat dimaksudkan
supaya seseorang merasa rendah hati dalam bidang keilmuan. Artinya setinggi –
tinggi langit masih ada langit. Rendah hati bukan berarti rendah diri. Rendah
hati artinya agar seseorang tidak merasa sombong dalam menuntut ilmu. Di dalam
tingkatan normatif kesombongan adalah mitos, mitos di dalam pikiran kita masing
- masing. Mitos artinya jelas. Kebenaran umum kalau kita sudah merasa jelas
maka kita telah termakan mitos. Dalam berpikir seseorang mempunyai batas yaitu
Spiritualitas. Ada kalanya seseorang ketika berada dalam tingkatan spiritual
maka pikiran seseorang harus berhenti. Pengalaman bapak Marsigit ketika
tinggal di masjid dan belajar dengan sufi, beliau mendapat pengalaman dan pengetahuan, bahwa ternyata doa yang
diteruskan, ada fase titik dimana pikiran kita terhenti dan doa itu diambil
alih oleh Sang Maha Kuasa. Doa yang sebenar – benar doa kita tidak
menyadarinya.
Pertanyaan kedua
adalah dari saudari Evvy Lusiana, bagaimana pandangan filsafat tentang pemimpin
yang sesuai dengan ruang dan waktu?. Bapak Marsigit menanggapi, dari sisi
filsafat mengenai pemimpin dan ada yang dipimpin termasuk struktur dunia yang
lengkap berdimensi. Tingkatan pemimpin lebih tinggi dibandingkan dengan
tingkatan orang yang dipimpin. Pemimpin adalah dewa bagi yang dipimpin.
Sehingga Logika Para Dewa berarti Logika Para Pemimpin. Contoh logika para dewa
adalah kamu merupakan dewa bagi adikmu dan adikmu merupakan transenden bagi
dirimu.
Kemudian apabila divisualisasikan
dalam bentuk perwayangan atau cerita, pemimpin dan yang dipimpin berkaitan
dengan Para Dewa pun sebenarnya juga berstruktur. Ada Dewa Raja, ada Dewa
Prajurit, ada Dewa Perdana Menteri, ada Dewa Menteri, Dewa Lurah dan
seterusnya. Jadi ada logika Para Dewa, kontradiksi Para Dewa, kesalahan Para
Dewa dan seterusnya.
Seorang pemimpin dapat
dianalogikan sebagai hubungan antara subyek dan predikat yang mempunya dimensi
yang lebih tinggi. Agar mempunyai dimensi yang lebih tinggi maka pikiran dan
pengalaman harus lebih luas, lebih dalam dan lebih tinggi. Secara fisik seorang
pemimpin harus kuat. Untuk menjadi pemimpin dari bentuk formalnya maka sebagia
contoh adalah kita melanjutkan kuliah S2. Kuliah s2 itu meningkatkan dimensi, mencari
pengalaman. Karena sebenar – benar hidup adalah menuju dimensi yang lebih tinggi.
Manusia mempunyai fase siklik, pada perputaran siklik ada fase dimana yang anda
ingat dapat menjadi lupa, orang yang sudah tua sifatnya kembali seperti anak –
anak. Fase siklik dari kehidupan yang terluar adalah adalah spiritual. Fase
siklik inilah yang tidak dimiliki oleh negeri Barat. Fase siklik negeri Barat
merupakan diagram lurus (open ended) yang memiliki ended yang terbuka sehingga
tidak mengerti hidupnya mau kemana, ujungnya mau kemana dan tujuannya kemana.
Siklik terluar di negeri kita adalah Spriritualitasme yang berpengang teguh
pada keyakian masing-masing dan dipayungi oleh spriritualisme.
Sehebat-hebat pikiran
maka berhentilah dan mulai mengambil air wudhu kemudian sholat bagi umat muslim
dan beribadah yang lain sesuai dengan keyakinan agama masing-masing. Kemudian
sifat pemimpin adalah hubungan antara subjek dan predikat, bagaimana anda
mengelola sifat – sifat anda. Sebenar-benar manusia adalah tidak ada yang
lengkap dan sempurna menjabarkan sifat. Misalnya penglihatan manusia tidak
sempurna, yang kemudian harus kita syukuri sebab jika manusia memiliki
penglihatan yang lengkap maka manusia tidak akan hidup dengan tenang. Sehingga
sebenar-benar manusia memiliki sifat determinis yang merupakan menentukan yang
ditentukan merupakan dipilih sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan sesuai
dengan konteksnya.
Pertanyaan ketiga
dari saudari Tri Rahmah Silviani. Bagaimanakan caranya agar dapat menembus
ruang dan waktu itu dengan ikhlas? Jawaban pak Marsigit, caranya adalah sesuai
dengan hukum Tuhan dan Sunnatullah beserta kondratnya yang dimana ikhlas juga
termasuk kodratNya. Maka definisi ikhlas menurut Beliau satu level dibawah spiritual
dalam filsafat, keikhlasan itu menembus ruang dan waktu. Kalau tidak ada
keikhlasan maka tidak ada menembus ruang dan waktu. Maka sebenar-benar hidup
waktu adalah keikhlasan itu sendiri. Karena keihlasan adalah kodrat Tuhan, maka
jalanilah hidup ini sesuai dengan kodratnya. Kemudian ketika ada pemaksaan
kehendak itulah yang disebut tidak ikhlas dimana keadaan tersebut salah ruang
dan waktu. Membangun hidup yang sebenar-benar sesuai dengan ruang dan waktu
adalah dengan melakukan silaturahim, komunikasi, kemandirian dan hal lainnya
dengan ikhlas agar dapat menembus ruang dan waktu dengan benar, yaitu secara
kodrati.
Pertanyaan keempat
dari saudari Fitriani, yaitu apa bedanya Para Dewa dengan Power Now? Jawaban bapak
Marsigit adalah, Ayam itu Dewanya Cacing, Cacing itu Dewanya Tanah, Kakak
Dewanya Adiknya, Aku (pak Marsigit) merupakan dewamu (mahasiswa) disini, aku
dewanya kendaraanku, penghulu dewanya calon pengantin. Maka sebenar-benar yang
dimaksud para Dewa adalah subjeknya. Daksa adalah obyek. Kalau dewa di langit,
daksa di bumi.
Di dunia ini Amerika,
Rusia, dan Cina itu merupakan negara Dewa karena memiliki senjata nuklir,
sedangkan Indonesia bukan negara Dewa karena tidak punya nuklir. Kemudian dari kumpulan
istilah ilmu politik, sosio politik, dan seterusnya jadilah istilah POWERNOW
yang dibuat sendiri oleh negara dewa tersebut. Tingkatan dimulai dengan
peradaban archaic yang merupakan kehidupan manusia pada zaman batu, kemudian tribal
yang merupakan suku – suku pedalaman, dilanjutkan tradisional, feodal, modern (dalam
filsafat, jaman modern adalah tahun 1700, lahirnya Rene Descartes dan David
Hume), kemudian jaman Posmodern, posposmodern / kontemporer (jaman sekarang) dan
disitulah bercokol Power Now. Sehingga dapat disimpulkan bahwa powernow adalah
Amerika, dewanya adalah Barrack Obama.
Kemudian pertanyaan
kelima dari Nurafni Retno Kurniasih, tentang apa bedanya Power Now dengan
Multifaced? Jawaban bapak Marsigit adalah, Powernow itu digambarkan dengan
orang yang super maka tidak cukup kalau wajahnya cuma satu. Maka yang dilakukan
oleh super power dalam perwayangan yaitu oleh Alengka Diraja Prabu Rahwana adalah
dengan punya banyak muka sehingga dikatakan Dasa Muka. Dasa muka meunjukkan
hidup yang standar ganda. Jika mukanya satu maka standarnya satu kalau mukanya
10 standarnya 10, gunanya untuk memanipulasi ruang dan waktu. Jangankan mukanya
10, orang bermuka 1 saja bisa punya banyak standar. Oleh karena itu, jika
bergaul dengan negara-negara Super Power dan sebagainya, mereka selalu
menerapkan standar ganda. Standar ganda merupakan dua sisi yang berlainan
seperti disisi lain ingin membantu namun di sisi lain ingin mengambil
keuntungan. Sebetulnya menggambarkan standar ganda tidak cukup sehingga diganti
multiple standar atau standar jamak. Dalam perwayangan sudah ditunjukkan oleh
Dasamuka, oleh prabu Rahwana, biasanya orang tersebut adalah orang yang jahat. Dari
sisi positifnya multifaced adalah alat untuk menembus ruang dan waktu supaya
kita sopan dan santun, kita tidak harus dengan pengertian jahat, dalam
pengertian baik karena tuntutan jaman kita juga harus multifaced, dalam arti
multi dimensi, multi kebutuhan, dunia yang berstruktur agar kita tidak
ketinggalan oleh yang lain.
Pertanyaan keenam
adalah dari ibu Retno Kusuma Dewi, yaitu bagaimanakah filsafat memandang perbedaan
agama? Jawaban bapak Marsigit adalah perbedaan agama merupakan suatu hal yang
berdimensi dan berlevel. Sesuai dengan tingkatannya yaitu Material, Formal,
Normatif dan Spiritual. Maka mensiasatinya adalah sesuaikan dengan ruang dan
waktu serta dimensinya.
Sebagai contoh ketika
seorang muslim beribadah shalat di masjid, dia tidak dapat mengajak seseorang
yang beragama lain untuk mengikuti ibadah ke masjid, begitu juga sebaliknya.
Ibadah jika diturunkan ke Ilmu-ilmu politik, tata negara, berujung ke Indonesia
yang mempunyai dasar falsafah Pancasila, dalam pancasila terdapat monodualisme
yaitu hablumminallah yang merupakan hubungan antara makhluk dengan makhluknya
dan hablumminannas yang merupakan hubungan dengan sesama manusia.
Pancasila relevan
karena mencerminkan bangsa Indonesia yang toleran sejak dulu, yaitu menghargai
perbedaan. Semua memiliki skope masing-masing yang membedakan antara yang satu
dengan yang lainya baik skope agama, keluarga, kuliah, tugas, fungsi dan
sifat-sifat yang ada dan mungkin ada. Semua memiliki budaya tersendiri dan
berada di ruang dan waktunya masing - masing. Budaya itu mencerdaskan dan
menambah pengetahuan, budaya diciptakan agar membentuk chemistry antara yang pikirkan,
diinginkan, dan dikerjakan.
Akhirnya, sesi tanya
jawab dan perkuliahan ditutup dengan motivasi singkat dan berdoa menurut
keyakinan masing – masing. semoga ilmu yang didapat bisa bermanfaat. Amiin
0 komentar: