METODE CAMPURAN (MIXED METHODS)

23.25 RetnoAfni 2 Comments


Metodologi Penelitian Pendidikan; Selasa, 1 Desember 2015
Ruang PPG 2 Laboratorium Matematika UNY pukul 07.30 – 10.00 WIB

METODE CAMPURAN (MIXED METHODS)

1.    Metode Campuran (Mixed Methods)
Rancangan penelitian metode campuran (mixed methods research design) adalah suatu prosedur untuk mengumpulkan, menganalisis, “dan mencampur” metode kuantitatif dan kualitatif dalam suatu penelitian atau serangkaian penelitian untuk memahami permasalahan penelitian (Cresswell&Plano Clark, 2011).
Asumsi dasarnya adalah penggunaan metode kuantitatif dan kualitatif secara gabungan. Berdasarkan asumsi tersebut, memberikan pemahaman yang lebih baik tentang permasalahan dan pertanyaan penelitian daripada jika secara sendiri – sendiri.
Pada pelaksanaannya dibutuhkan ketrampilan tertentu dalam penggunaan metode ini, yaitu : (1) prosedurnya memakan banyak waktu, (2) membutuhkan pengumpulan, (3) analisis data ekstensif.

2.    Pengolahan data dengan mixed methods
a.    Melibatkan merging (menyatukan/ menggabungkan)
b.    Connecting (menghubungkan / membuat basis – data yang satu menjelaskan basis – data yang lain)
c.    Building (membangun / membuat basis – data yang satu membangun sesuatu yang baru yang digunakan dalam basis data yang lain)
d.   Embedding (menanamkan / menempatkan basis – data yang satu dalam basis – data lain yang lebih besar)
e.    Di –mixed (dicampur) dalam penelitian metode campuran.

Kapan kita menggunakan mixed methods?
Ketika kita memiliki data kuantitatif dan kualitatif, dan tipe data ini secara bersama – sama memberikan pemahaman yang lebih baik tentang permasalahan penelitian, dibandingkan jika secara sendiri – sendiri.

3.    Pengertian Mixed Methods
Penelitian metode campuran adalah suatu rancangan yang baik untuk digunakan jika kita mencoba mendasarkan pada kekuatan data kuantitatif maupun kualitatif.

4.    6 Rancangan Metode Campuran (dilihat dari aspek pengumpulan data)
A.    Rancangan Konvergen
Adalah mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif secara simultan, menggabungkan datanya, membandingkan hasilnya, dan menjelaskan semua deskripsi dalam hasilnya.
Tujuan dari rancangan ini, adalah untuk menjelaskan hasil kuantitatif dengan data kualitatif dari suatu penelitian untuk melihat apakah mereka berkonvergensi dan memberikan hasil serupa.

B.     Rancangan Sekuensial Eksplanatoris
Adalah rancangan eksplanatoris, yang terdiri atas pertama – tama mengumpulkan data kualitatif untuk membantu menjelaskan atau mengelaborasi tentang hasil kuantitatif. Latar belakang pemikiran untuk pendekatan ini adalah data kuantitatif dan hasil memberikan gambaran umum tentang permasalahan penelitiannya; lebih banyak analisis, khususnya melalui pengumpulan data kualitatif, diperlukan untuk menyempurnakan, memperluas, atau menjelaskan gambaran kuantitatif umumnya.
C.     Rancangan Sekuensial Eksploratoris
Dimulai dengan data kualitatif dan setelah itu mengumpulkan informasi kuantitatif. Metode ini terdiri atas pertama – tama mengumpulkan data kuantitatif dan setelah itu mengumpulkan data kualitatif untuk membantu menjelaskan atau mengelaborasi tentang  hasil kuantitatif. Latar belakang pemikiran untuk pendekatan ini adalah data kuantitatif dan hasil memberikan gambaran umum tentang permasalahan penelitiannya; lebih banyak analisis, khususnya melalui pengumpulan data kualitatif, diperlukan untuk menyempurnakan, memperluas, atau menjelaskan gambaran kuantitatif umumnya.
D.    Rancangan Sekuensial Eksploratoris
Mulai dengan data kualitatif dan setelah itu mengumpulkan informasi kuantitatif. Metode ini melibatkan prosedur pertama –tama mengumpulkan data kualitatif untuk mengeksplorasi suatu fenomena dan setelah itu mengumpulkan data kuantitatif untuk menjelaskan hubungan yang ditemukan dalam data kualitatif.
Niat rancangan ini adalah untuk pertama – tama mengeksplorasi suatu sampel secara kualitatif untuk menentukan pertanyaan apa yang akan ditanyakan, variabel apa yang akan di ukur, dan siapa orang yang akan ditanyai.
E.     Rancangan eksperimental
Maksud rancangan eksperimental adalah membungkus suatu rancangan metode campuran dasar dalam suatu eksperimen. Rancangan ini pada dasarnya berarti bahwa peneliti menambahkan pengumpulan data, analisis data, dan hasil kualitatif ke dalam suatu eksperimen.
Menambahkan data kualitatif ke dalam suatu eksperimen sebelum eksperimen dimulai, selama eksperimen, atau segera setelah eksperimen selesai.
F.      Rancangan keadilan Sosial
Rancangan keadilan sosial adalah suatu rancangan metode campuran dimana suatu kerangka kerja (misalnya feminis atau etnik) membungkus rancangan dasar konvergen, eksplanatoris, atau eksploratoris.
Niat tipe rancangan metode campuran ini adalah untuk melaksanakan suatu penelitian konvergen, eksplanatoris, atau eksploratori.
G.    Rancangan Evalasi Multitahap
Rancangan evaluasi multitahap adalah rancangan metode campuran yang digunakan ketika peneliti mencoba mengevaluasi dampak suatu program atau proyek.
Peneliti metode campuran menggunakan rancangan konvergen, eksplanatoris, atau eksploratoris secara multitahap dalam implementasi program.

5.    Merancang Prosedur-Prosedur Mixed Methods Research
Menurut John W Creswell (2009:840), ada beberapa aspek penting yang harus dipertimbangkan terlebih dahulu dalam merancang prosedur-prosedur mixed methods research, yaitu sebagai berikut:
a)    Timing (waktu)
Peneliti harus mempertimbangkan waktu dalam pengumpulan data kualitatif dan kuantitatifnya. Apakah data akan dikumpulkan secara bertahap (sekunsial) atau dikumpulkan pada waktu yang sama (konkuren). Ketika data dikumpulkan secara bertahap, peneliti perlu menentukan apakah data kuantitatif atau kualitatif yang akan dikumpulkan terlebih dahulu. Hal ini tergantung pada tujuan awal peneliti. Bila data kualitatif dikumpulkan pertama, tujuannya adalah untuk mengeksplorasi topik dengan cara mengamati partisipan di lokasi penelitian. Setelah itu peneliti memperluas pemahamannya melalui tahap kedua, yaitu data kuantitatif, di mana data dikumpulkan dari sejumlah besar partisipan (biasanya sampel dari populasi). Ketika data dikumpulkan secara konkuren, berarti data kuantitatif dan kualitatif dikumpulkan pada waktu yang sama dan pelaksanaannya simultan (serempak). Pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif secara bersaman dianggap paling efektif karena tidak membutuhkan waktu lama dalam proses pengumpulannya.
b)   Weighting (bobot)
Bobot yang dimaksud dalam merancang prosedur mixed methods adalah prioritas yang diberikan antara metode kuantitatif atau kualitatif. Dalam studi tertentu bobot dapat sama atau seimbang. Dalam beberapa penelitian lain mungkin lebih menekankan pada satu metode. Penekanan pada satu metode tergantung dari kepentingan peneliti, keinginan pembaca (seperti pihak kampus, organisasi profesional) dan hal apa yang ingin diutamakan oleh peneliti. Dalam kerangka yang lebih praktis, bobot dalam mixed methods bisa dipertimbangkan melalui beberapa hal, antara lain apakah data kualitatif dan kuantitatif yang akan diutamakan terlebih dahulu, sejauh mana treatment terhadap masing-masing dari kedua data tersebut atau apakah metode induktif (seperti, membangun tema-tema dalam kualitatif) atau metode deduktif (seperti, menguji suatu teori) yang akan diprioritaskan.
c)    Mixing (pencampuran)
Mencampur (mixing) berarti bahwa data kualitatif dan kuantitatif benar-benar dileburkan dalam satu end of continuum, dijaga keterpisahannya dalam end of continuum yang lain atau dikombinasikan dengan beberapa cara. Dua data bisa saja ditulis secara terpisah namun keduanya tetap dihubungkan (connecting) satu sama lain selama tahap-tahap penelitian. bahwa peneliti mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif secara konkuren dan menggabungkan (integrating) database keduanya dengan mentransformasikan tema-tema kualitatif menjadi angka-angka yang bisa dihitung (secara statistik) dan membandingkan hasil penghitungan ini dengan data kuantitatif deskriptif. Dalam hal ini, pencampuran menggabungkan dua database dengan meleburkan secara utuh data kuantitatif dengan data kualitatif. Atau dalam hal lain, peneliti tidak menggabungkan dua jenis metode penelitian yang berbeda tetapi sebaliknya peneliti justru tengah menancapkan (embedding) jenis data sekunder (kualitatif) ke dalam jenis data primer (kuantitatif) dalam satu penelitian. Database sekunder memeinkan peran pendukung dalam penelitian ini.
d)   Teorizing (teorisasi)
Faktor terakhir yang perlu diperhatikan dalam merancang mixed method adalah perspektif teori apa yang akan menjadi landasan bagi keseluruhan prosesw/tahap penelitian perspektif ini bisa berupa teori ilmu-ilmu sosial atau perspektif-perspektif teori lain yang lebih luas. Dalam mixed methods research, teori biasanya muncul dibagian awal penelitian untuk membentuk rumusan masalah yang diajukan, siapa yang berpartisipasi dalam penelitian, bagaimana data dikumpulkan dan implikasi-implikasi apa yang diharapkan dari penelitian.

6.        Analisis Data Dan Prosedur-Prosedur Validasi Mixed Methods
John W Creswell (2009:933) menyebutkan beberapa analisis data mixed method yaitu:
A.  Transformasi data. Dalam strategi-strategi kunkuren, peneliti bisa saja menghitung data kuantitatif atau sebaliknya peneliti juga dapat mengalifikasi data kuantitatif.
B.  Mengeksplorasi outlier-outlier. Dalam strategi-strategi sekuensial, analisis data kuantitatif pada tahap pertama dapat menghasilkan kasus-kasus ekstrim dan outlier. Setelah analisis penliti dapat menindaklanjuti dengan wawancara kualitatif tentang kasus-kasus outlier tersebut untuk memperoleh penegtahuan tentang mengapa kasus ini berbeda/menyimpang dari sampel kuantitatif.
C.  Membuat instrument. Dengan menerapkan salah satu strategi sekuensial sebelumnya, kumpulkan tema-tema atau statemen tertentu tertentu dari partisipan pada tahap pertama, selanjutnya gunakan statemen tersebut sebagai item-item spesifik dan temanya sebagai skala-skla untuk membuat instrument survey kuantitatif. Pada tahap ketiga, cobalah menvalidasi instrument tersebut dengan sampel yang representative dari populasi.
D.  Menguji level-level ganda. Dengan menerapkan strategi embedded konkuren, lalkukan survey (misalnya, pada kelompok-kelompok) untuk mengumpulkan hasil-hasil kuantitatif tentang sampel. Pada waktu bersamaan, lakukan wawancara kualitatif (seperti, pada individu-individu) untuk mengeksplorasi suatu fenomena berdasarkan pandangan individu-individu dalam kelompok-kelompok tersebut.
E.   Membuat matriks/tabel. Dengan menerapkan salah satu strategi konkuren yang sudah dijelaskan sebelumnya, kombinasikan informasi-informasi yang diperoleh dari pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif kedalam bentuk matriks atau tabel.

Aspek lain dari analisis data yang harus dideskripsikan dalam proposal proposal mixed method adalah serangkaian langkah yang diambil untuk memerikasa validitas data kuantitatif dan akurasi hasil kualitatif.

7.    Contoh Kasus Mixed Methods
Menggunakan data kuantitatif : faktor – faktor apa yang mempengaruhi sikap siswa terhadap kepemilikan buku ajar yang tidak diwajibkan sekolah?
Menggunakan data kualitatif : Ketika siswa menyebutkan salah satu faktor alasan yang mempengaruhi kepemilikan buku ajar yang tidak diwajibkan sekolah, misalnya untuk memperoleh pengetahuan lebih, apa yang dimaksudkan mereka?

Sumber :
John Creswell. 2015. Riset Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sumber : https://fredndilao.wordpress.com/2011/11/27/metode-penelitian-campuran/

2 komentar:

Menjadi Masyarakat Posmodern dengan Multifaced

08.32 RetnoAfni 0 Comments


Refleksi kuliah 7 Filsafat Ilmu Pendidikan
NURAFNI RETNO KURNIASIH / 15709251007
Selasa, 27 Oktober 2015 ruang 305b gedung pasca lama.
Prof.Dr.Marsigit, M.A.

Perkuliahan Filsafat Ilmu Pendidikan dimulai pukul 11.10 - 12.50 WIB. Perkuliahan dihadiri oleh 20 orang mahasiswa PPs Kelas A. Seperti biasanya perkuliahan dimulai dengan berdoa menurut keyakinan masing-masing. Selanjutnya pak Marsigit mengadakan tes jawab singkat. Adapun tes jawab singkatnya adalah sebagai berikut:

Soal
Jawab
Spiritualnya Material
Ciptaan Tuhan
Materialnya Spiritual
Perangkat Ibadah
Spiritualnya Formal
Doa
Formalnya Spiritual
Ritual
Spiritualnya Normatif
Logika Tuhan
Normatifnya Spiritual
Ilmu
Spiritualnya Wadah
Ciptaan Tuhan
Wadahnya Spiritual
Agama
Spiritualnya isi
Ciptaan Tuhan
Isinya Spiritual
Kuasa Tuhan
Normatifnya Material
Ilmu Pengetahuan
Materialnya Normatif
museum
Normatifnya formal
Ilmu hukum
Formalnya normatif
perayaan
Psikologinya Material
Gejala Material
Materialnya Psikologi
Tindakan Psikologi
Spiritualnya Logika
Logika Tuhan
Logikanya Spiritual
Kajian Spiritual
Spiritualnya Pengalaman
Kehendak Tuhan
Pengalamannya Spiritual
Ibadah
Spiritualnya Konsisten
Ketetapan Tuhan
Konsistennya Spiritual
Istiqomah
Spiritualnya Analitis
Tuhan Maha Konsisten
Analitisnya Spiritual
Kuasa Tuhan
Spiritualnya A priori
Berfikir untuk beribadah
A priorinya Spiritual
Keyakinan
Spiritualnya Sintesis
Kehendak Tuhan
Sintesisnya Spiritual
Surga
Spriritualnya Identitas
Monisme
Identitasnya Spiritual
Esa
Spiritualnya Kontradiks
Kuasa Tuhan
Kontradiksinya Spiritual
Ciptaan Tuhan
Normatifnya Analitis
Metakognisi
Analitisnya Normatif
Normatif
Normatifnya A priori
Metakognisi
A priorinya Normatif
A priori
Normatifnya Sintetis
Sebab Akibat
Sintetisnya Normatif
Sintetik
Spritualnya A Posteriori
Keagungan Tuhan
A Posteriorinya Spiritual
Ibadahnya Anak Kecil
Spiritualnya Transenden
Kuasa Tuhan
Transendenya Spiritual
Petunjuk Tuhan
A posteriorinya Analitis
Pengalaman
Analitisnya A Posteriori
Posteriori
Normatifnya Analitis
Logika Para Dewa
Analitisnya Normatif
Normatif
Formatifnya  Transenden
Pertunjukan Wayang
Transendenya Formatif
Ketentuan Para Dewa
Transendenya Khayalan
Ridho Tuhan
Transendenya Spiritual
Cerpen Spiritual

Selanjutnya bapak Marsigit membuka sesi tanya jawab kepada mahasiswa. Pertanyaan pertama dari saudari Azmi Yanianti, dia bertanya tentang beberapa kali mengikuti ujian filsafat, nilainya memprihatinkan. Menjawab dengan berfikir saja salah, apalagi tidak? Sebenarnya apakah yang salah, apakah karena pikiran atau bagaimana?
Jawaban bapak Marsigit adalah ini merupakan gejala umum, kalau mendapatkan nilai yang jelek dalam filsafat itu adalah benar. Karena menjawab salah itu benar, karena kita masih pemula, belum banyak membaca. Jadi kalau ditanya pasti salah. Nilai yang jelek itu merupakan contoh dari Falibilisme. Falibilisme adalah prinsip filosofis bahwa manusia bisa salah. Istilah ini diambil dari kata latin abad tengah Fallibilis. Konsep ini sangat penting bagi ilmu pengetahuan dikarenakan ilmu pengetahuan mencari validitas kebenaran. Melalui paham tersebut memberikan pemaham kita sebagai pendidik ketika mendapatkan “anak yang melakukan kesalahan” merupakan “kebenaran dalam filsafat” karena berdasarkan faham Fallibilisme “Salah itu benar dalam filsafat”. 
Nilai yang belum meningkat merupakan pertanda bahwa “anda masih perlu meningkatkan bacaan” kalau kita banyak membaca di harapkan serta merta logika berpikirnya akan isomorfis dengan bapak Marsigit. Berfikir isomorfis merupakan pemikiran yang sepadan yang menggambarkan pemetaan satu-satu. Contohnya pemikiran kita isomorfis dengan dunia, seseorang mengatakan bahwa di Indonesia ada Jakarta, di pikiran kita juga ada, di Kutub Utara ada beruang, di pikiran kita juga ada. Setiap orang dapat mengatakan apa yang difikirkannya kecuali orang yang mabuk, pikun dan gila. Berkata tapi tidak mengerti apa yang dikatakan.
Tes jawab singkat dimaksudkan supaya seseorang merasa rendah hati dalam bidang keilmuan. Artinya setinggi – tinggi langit masih ada langit. Rendah hati bukan berarti rendah diri. Rendah hati artinya agar seseorang tidak merasa sombong dalam menuntut ilmu. Di dalam tingkatan normatif kesombongan adalah mitos, mitos di dalam pikiran kita masing - masing. Mitos artinya jelas. Kebenaran umum kalau kita sudah merasa jelas maka kita telah termakan mitos. Dalam berpikir seseorang mempunyai batas yaitu Spiritualitas. Ada kalanya seseorang ketika berada dalam tingkatan spiritual maka pikiran seseorang harus  berhenti. Pengalaman bapak Marsigit ketika tinggal di masjid dan belajar dengan sufi, beliau mendapat pengalaman dan  pengetahuan, bahwa ternyata doa yang diteruskan, ada fase titik dimana pikiran kita terhenti dan doa itu diambil alih oleh Sang Maha Kuasa. Doa yang sebenar – benar doa kita tidak menyadarinya.
         
Pertanyaan kedua adalah dari saudari Evvy Lusiana, bagaimana pandangan filsafat tentang pemimpin yang sesuai dengan ruang dan waktu?. Bapak Marsigit menanggapi, dari sisi filsafat mengenai pemimpin dan ada yang dipimpin termasuk struktur dunia yang lengkap berdimensi. Tingkatan pemimpin lebih tinggi dibandingkan dengan tingkatan orang yang dipimpin.  Pemimpin adalah dewa bagi yang dipimpin. Sehingga Logika Para Dewa berarti Logika Para Pemimpin. Contoh logika para dewa adalah kamu merupakan dewa bagi adikmu dan adikmu merupakan transenden bagi dirimu.
Kemudian apabila divisualisasikan dalam bentuk perwayangan atau cerita, pemimpin dan yang dipimpin berkaitan dengan Para Dewa pun sebenarnya juga berstruktur. Ada Dewa Raja, ada Dewa Prajurit, ada Dewa Perdana Menteri, ada Dewa Menteri, Dewa Lurah dan seterusnya. Jadi ada logika Para Dewa, kontradiksi Para Dewa, kesalahan Para Dewa dan seterusnya.
Seorang pemimpin dapat dianalogikan sebagai hubungan antara subyek dan predikat yang mempunya dimensi yang lebih tinggi. Agar mempunyai dimensi yang lebih tinggi maka pikiran dan pengalaman harus lebih luas, lebih dalam dan lebih tinggi. Secara fisik seorang pemimpin harus kuat. Untuk menjadi pemimpin dari bentuk formalnya maka sebagia contoh adalah kita melanjutkan kuliah S2. Kuliah s2 itu meningkatkan dimensi, mencari pengalaman. Karena sebenar – benar hidup adalah menuju dimensi yang lebih tinggi. Manusia mempunyai fase siklik, pada perputaran siklik ada fase dimana yang anda ingat dapat menjadi lupa, orang yang sudah tua sifatnya kembali seperti anak – anak. Fase siklik dari kehidupan yang terluar adalah adalah spiritual. Fase siklik inilah yang tidak dimiliki oleh negeri Barat. Fase siklik negeri Barat merupakan diagram lurus (open ended) yang memiliki ended yang terbuka sehingga tidak mengerti hidupnya mau kemana, ujungnya mau kemana dan tujuannya kemana. Siklik terluar di negeri kita adalah Spriritualitasme yang berpengang teguh pada keyakian masing-masing dan dipayungi oleh spriritualisme.
Sehebat-hebat pikiran maka berhentilah dan mulai mengambil air wudhu kemudian sholat bagi umat muslim dan beribadah yang lain sesuai dengan keyakinan agama masing-masing. Kemudian sifat pemimpin adalah hubungan antara subjek dan predikat, bagaimana anda mengelola sifat – sifat anda. Sebenar-benar manusia adalah tidak ada yang lengkap dan sempurna menjabarkan sifat. Misalnya penglihatan manusia tidak sempurna, yang kemudian harus kita syukuri sebab jika manusia memiliki penglihatan yang lengkap maka manusia tidak akan hidup dengan tenang. Sehingga sebenar-benar manusia memiliki sifat determinis yang merupakan menentukan yang ditentukan merupakan dipilih sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan sesuai dengan konteksnya.

Pertanyaan ketiga dari saudari Tri Rahmah Silviani. Bagaimanakan caranya agar dapat menembus ruang dan waktu itu dengan ikhlas? Jawaban pak Marsigit, caranya adalah sesuai dengan hukum Tuhan dan Sunnatullah beserta kondratnya yang dimana ikhlas juga termasuk kodratNya. Maka definisi ikhlas menurut Beliau satu level dibawah spiritual dalam filsafat, keikhlasan itu menembus ruang dan waktu. Kalau tidak ada keikhlasan maka tidak ada menembus ruang dan waktu. Maka sebenar-benar hidup waktu adalah keikhlasan itu sendiri. Karena keihlasan adalah kodrat Tuhan, maka jalanilah hidup ini sesuai dengan kodratnya. Kemudian ketika ada pemaksaan kehendak itulah yang disebut tidak ikhlas dimana keadaan tersebut salah ruang dan waktu. Membangun hidup yang sebenar-benar sesuai dengan ruang dan waktu adalah dengan melakukan silaturahim, komunikasi, kemandirian dan hal lainnya dengan ikhlas agar dapat menembus ruang dan waktu dengan benar, yaitu secara kodrati.

Pertanyaan keempat dari saudari Fitriani, yaitu apa bedanya Para Dewa dengan Power Now? Jawaban bapak Marsigit adalah, Ayam itu Dewanya Cacing, Cacing itu Dewanya Tanah, Kakak Dewanya Adiknya, Aku (pak Marsigit) merupakan dewamu (mahasiswa) disini, aku dewanya kendaraanku, penghulu dewanya calon pengantin. Maka sebenar-benar yang dimaksud para Dewa adalah subjeknya. Daksa adalah obyek. Kalau dewa di langit, daksa di bumi.
Di dunia ini Amerika, Rusia, dan Cina itu merupakan negara Dewa karena memiliki senjata nuklir, sedangkan Indonesia bukan negara Dewa karena tidak punya nuklir. Kemudian dari kumpulan istilah ilmu politik, sosio politik, dan seterusnya jadilah istilah  POWERNOW yang dibuat sendiri oleh negara dewa tersebut. Tingkatan dimulai dengan peradaban archaic yang merupakan kehidupan manusia pada zaman batu, kemudian tribal yang merupakan suku – suku pedalaman, dilanjutkan tradisional, feodal, modern (dalam filsafat, jaman modern adalah tahun 1700, lahirnya Rene Descartes dan David Hume), kemudian jaman Posmodern, posposmodern / kontemporer (jaman sekarang) dan disitulah bercokol Power Now. Sehingga dapat disimpulkan bahwa powernow adalah Amerika, dewanya adalah Barrack Obama.

Kemudian pertanyaan kelima dari Nurafni Retno Kurniasih, tentang apa bedanya Power Now dengan Multifaced? Jawaban bapak Marsigit adalah, Powernow itu digambarkan dengan orang yang super maka tidak cukup kalau wajahnya cuma satu. Maka yang dilakukan oleh super power dalam perwayangan yaitu oleh Alengka Diraja Prabu Rahwana adalah dengan punya banyak muka sehingga dikatakan Dasa Muka. Dasa muka meunjukkan hidup yang standar ganda. Jika mukanya satu maka standarnya satu kalau mukanya 10 standarnya 10, gunanya untuk memanipulasi ruang dan waktu. Jangankan mukanya 10, orang bermuka 1 saja bisa punya banyak standar. Oleh karena itu, jika bergaul dengan negara-negara Super Power dan sebagainya, mereka selalu menerapkan standar ganda. Standar ganda merupakan dua sisi yang berlainan seperti disisi lain ingin membantu namun di sisi lain ingin mengambil keuntungan. Sebetulnya menggambarkan standar ganda tidak cukup sehingga diganti multiple standar atau standar jamak. Dalam perwayangan sudah ditunjukkan oleh Dasamuka, oleh prabu Rahwana, biasanya orang tersebut adalah orang yang jahat. Dari sisi positifnya multifaced adalah alat untuk menembus ruang dan waktu supaya kita sopan dan santun, kita tidak harus dengan pengertian jahat, dalam pengertian baik karena tuntutan jaman kita juga harus multifaced, dalam arti multi dimensi, multi kebutuhan, dunia yang berstruktur agar kita tidak ketinggalan oleh yang lain.

Pertanyaan keenam adalah dari ibu Retno Kusuma Dewi, yaitu bagaimanakah filsafat memandang perbedaan agama? Jawaban bapak Marsigit adalah perbedaan agama merupakan suatu hal yang berdimensi dan berlevel. Sesuai dengan tingkatannya yaitu Material, Formal, Normatif dan Spiritual. Maka mensiasatinya adalah sesuaikan dengan ruang dan waktu serta dimensinya.
Sebagai contoh ketika seorang muslim beribadah shalat di masjid, dia tidak dapat mengajak seseorang yang beragama lain untuk mengikuti ibadah ke masjid, begitu juga sebaliknya. Ibadah jika diturunkan ke Ilmu-ilmu politik, tata negara, berujung ke Indonesia yang mempunyai dasar falsafah Pancasila, dalam pancasila terdapat monodualisme yaitu hablumminallah yang merupakan hubungan antara makhluk dengan makhluknya dan hablumminannas yang merupakan hubungan dengan sesama manusia.
Pancasila relevan karena mencerminkan bangsa Indonesia yang toleran sejak dulu, yaitu menghargai perbedaan. Semua memiliki skope masing-masing yang membedakan antara yang satu dengan yang lainya baik skope agama, keluarga, kuliah, tugas, fungsi dan sifat-sifat yang ada dan mungkin ada. Semua memiliki budaya tersendiri dan berada di ruang dan waktunya masing - masing. Budaya itu mencerdaskan dan menambah pengetahuan, budaya diciptakan agar membentuk chemistry antara yang pikirkan, diinginkan, dan dikerjakan.

Akhirnya, sesi tanya jawab dan perkuliahan ditutup dengan motivasi singkat dan berdoa menurut keyakinan masing – masing. semoga ilmu yang didapat bisa bermanfaat. Amiin

0 komentar: