Struktur Bilangan Biner (Sejarah dan Filosofi)

01.41 RetnoAfni 0 Comments

STRUKTUR BILANGAN BINER
(Portfolio Matematika Model 2)
Oleh : Nurafni Retno Kurniasih . 15709251007 . PM-A
Senin, 29 Februari 2016

Hidup dan mati, Ada dan tiada, Isi dan kosong, Salah dan benar, Besar dan kecil, Kelebihan dan kekurangan adalah kontradiksi yang terjadi di alam semesta ini. Alam semesta berkaitan erat dengan ruang dan waktu. Ruang dan waktu itu berdimensi dan juga berstruktur. Struktur ada dalam kehidupan sehari – hari kita, dan kehidupan sehari – hari kita tak lepas dari matematika.
Matematika sudah ada sejak zaman batu atau zaman Pra Yunani Kuno. Manusia sudah mulai menghitung dengan menggunakan benda-benda seperti batu kerikil, ranting, jari – jari tangan, atau tulang hewan. Kemampuan berhitung ditempuh dengan cara korespondensi satu – satu atau proses pemetaan. Seiring berjalannya waktu, kemampuan berpikir manusia terus berkembang. Pada zaman Yunani Kuno, orang memiliki kebebasan untuk berpendapat dan mengungkapkan ide – ide mereka. Zaman ini dipandang sebagai zaman keemasan filsafat dengan filsuf yang terkenal yaitu Socrates (469 -399 SM), Plato (427-347 SM), dan Aristoteles (384-322 SM). Pada zaman inilah konsep bilangan mucul. Orang mulai berpikir bahwa menyatakan bilangan dengan menggunakan batu kerikil, ranting, atau jari – jari tangan dirasakan tidak cukup praktis. Apalagi kalau jumlah benda yang dihitung terlalu banyak. Kemudian mereka menggambarkan bilangan itu dalam suatu lambang. Lambang (simbol) untuk menulis sebuah bilangan disebut angka.
Berbagai lambang bilangan mulai digunakan, seperti bentuk baji dari orang Babilonia, lambang bilangan dari bangsa Maya di Amerika pada 500 tahun SM, angka Yunani Kuno Sekitar 3500 tahun S.M, Hieroglif dari orang-orang Mesir kuno (Egypt), angka hindu –Arab kuno Pada abad ke 11, angka 1 sampai dengan 9 dari bangsa Arab serta simbol bilangan bangsa Romawi. Memasuki zaman modern, lambang bilangan yang dikenal dan dipakai di seluruh dunia adalah angka Arab dengan angka-angka pokoknya adalah 0,1,2,3,4,5,6,7,8, dan 9.
Pada Abad ke 17 muncul sistem bilangan biner atau sistem bilangan basis dua. Sistem bilangan biner modern itu ditemukan oleh Gottfried Wilhelm Leibniz pada tahun 1679. Dia adalah seorang filsuf Jerman keturunan Sorbia dan berasal dari Sachsen. Sistem bilangan biner adalah sebuah sistem penulisan angka dengan menggunakan dua simbol yaitu 0 dan 1. Sistem bilangan ini merupakan dasar dari semua sistem bilangan berbasis digital. Selain seorang filsuf, ia adalah ilmuwan, matematikawan, diplomat, ahli fisika, sejarawan dan doktor dalam hukum duniawi dan hukum gereja. Ia dianggap sebagai Jiwa Universalis zamannya dan merupakan salah seorang filsuf yang paling berpengaruh pada abad ke-17 dan ke-18. 

Leibniz lahir di Kekaisaran Romawi Suci, di kota Leipzig, Sachsen pada 1 Juli tahun 1646. Orang tuanya, terutama ayahnya Friedrich Leibniz sudah sejak awal membangkitkan rasa ketertarikannya terhadap masalah-masalah yuridis dan falsafi. Ayahnya merupakan seorang ahli hukum dan profesor dalam bidang etika dan ibunya bernama Catharina Schmuck, putri seorang ahli hukum pula. Ayah Leibniz meninggal saat Leibniz masih berusia 6 tahun dan dia dibesarkan oleh ibunya. Gottfried Leibniz telah belajar bahasa Yunani dan bahasa Latin pada usia 8 tahun berkat kumpulan buku-buku ayahnya yang luas. Setelah sekolah, Leibniz mulai mempelajari buku-buku peninggalan ayahnya, teristimewa buku-buku tentang metafisik dan theologi dari penulis-penulis Katholik maupun Protestan. Pada usia 12 tahun ia telah mengembangkan beberapa hipotesa logika yang menjadi bahasa simbol matematika. Leibniz tidak puas dengan sistem (filsafat) Aristoteles dan berusaha mengembangkan ide-idenya. Pada tahun 1661 saat umur 15 tahun (tergolong jenius), Leibniz mendaftarkan diri di Universitas Leipzig dengan jalur minat hukum. Pada tahun 1663 Leibniz pergi ke Jena untuk belajar lebih lanjut di bawah ahli matematika, fisika dan astronomi Erhard Wiegel untuk membedah pemikiran Pythagoras. Dia mulai memahami pentingnya pembuktian matematika terhadap logika dan filsafat. Weigel percaya bahwa bilangan adalah konsep paling dasar dari alam semesta dan ide-ide ini memberi pengaruh sangat mendalam bagi Leibniz.
Perhitungan dalam sistem biner mirip dengan menghitung dalam sistem bilangan lain. Dimulai dengan angka pertama, dan angka selanjutnya. Dalam sistem bilangan desimal, perhitungan mnggunakan angka 0 hingga 9 sedangkan dalam biner hanya menggunakan angka 0 dan 1. Ketika menghitung dengan bilangan biner tetap ada juga aturannya ketika akan menjumlahkan atau mengurangkan, berbeda dengan operasi aritmatika bilangan biasa. Dari sistem biner, kita dapat mengkonversinya ke sistem bilangan Oktal atau Hexadesimal, Sistem ini juga dapat kita sebut dengan istilah bit, atau Binary Digit. Contoh konversi bilangan biner ke bilangan desimal.

Cara merubah bilangan biner ke desimal, misalkan kita ingin mengkonversi nilai 8 bit 10011101 menjadi nilai desimal, kita dapat menggunakan rumus seperti di bawah ini bahwa:
128
64
32
16
8
4
2
1
1
0
0
1
1
1
0
1
Kita menempatkan angka 1, 2, 4, 8, 16, 32, 64, 128 (pangkat dua) dalam urutan numerik terbalik, dan kemudian ditulis nilai biner di bawahnya. Untuk mengkonversi, hanya mengambil nilai dari baris atas di mana ada angka 1 di bawah, dan kemudian menambahkan nilai-nilai tersebut bersamaan. Misalnya, dalam contoh, kita akan menjumlahkan angka pada baris atas yang diwakili oleh angka 1 dibawah maka dijumlahkan seperti ini : 128 + 16 + 8 + 4 + 1 = 157.
Karena kita tahu biner adalah basis 2 maka angka di atas dapat ditulis sebagai berikut :
1*27 + 0*26 + 0*25 + 1*24 + 1*23 + 1*22 + 0*21 + 1*20 = 157.”
Kalau untuk mengubah desimal ke biner juga sangat sederhana, caranya dengan membagi nilai desimal dengan 2 dan kemudian menuliskan sisanya, lalu diulangi prosesnya sampai tidak bisa membagi dengan 2 lagi, misalnya kita ambil contoh nilai desimal 157:
157 ÷ 2 = 78    dengan sisa 1
78 ÷ 2 = 39      dengan sisa 0
39 ÷ 2 = 19      dengan sisa 1
19 ÷ 2 = 9        dengan sisa 1
9 ÷ 2 = 4          dengan sisa 1
4 ÷ 2 = 2          dengan sisa 0
2 ÷ 2 = 1          dengan sisa 0
1 ÷ 2 = 0          dengan sisa 1
Sisa hasil perhitungan tersebutlah merupakan penulisan bilangan binary yaitu 10111001.
Sistem bilangan biner merupakan dasar dari semua sistem bilangan berbasis digital. Kata Digital berasal dari kata Digitus,yang dalam Bahasa Yunani berarti jari jemari. Apabila kita hitung jari jemari orang dewasa, maka berjumlah sepuluh (10). Nilai sepuluh tersebut terdiri dari 2 radix, yaitu 1 dan 0, oleh karena itu Digital merupakan penggambaran dari suatu keadaan bilangan yang terdiri dari angka 0 dan 1 atau off dan on (bilangan biner). Sebagai gambaran, proses biner seperti pada saklar lampu, yang mempunyai 2 kondisi yaitu Off (0) dan On (1). Konsep digital ini ternyata juga menjadi gambaran pemahaman suatu keadaan yang kontradiksi. Pada gambaran saklar lampu yang ditekan pada tombol on, maka ruangan akan tampak terang. Namun apabila saklar lampu yang ditekan pada tombol off, maka ruangan menjadi gelap. Terang dan gelap adalah kontradiksi. Hidup ini adalah kontradiksi, alam semesta juga merupakan kontradiksi, yang mana kondisi alam semesta secara keseluruhan menganut sistem digital ini, yang berarti bilangan biner mampu mewakili struktur kontradiksi dalam alam semesta.
Sumber:

0 komentar: