Menghujat Tes Jawab Singkat
Refleksi kuliah 11 Filsafat Ilmu
Pendidikan
NURAFNI RETNO KURNIASIH / 15709251007
Selasa, 1 Desember 2015 ruang 305b
gedung pasca lama.
Prof.Dr.Marsigit, M.A.
Assalamualaikum wrwb
Kuliah pada pertemuan kesebelas dengan bapak Prof.Dr.Marsigit,
MA di kelas A Program Pascasarjana UNY jurusan pendidikan matematika semester
1 angkatan 2015 pada pukul 11.10 dihadiri
oleh mahasiswa kelas A yang berjumlah 19 orang. Perkuliahan dimulai dengan
salam dan berdoa menurut agama masing – masing.
Tiba – tiba bapak Marsigit menyuruh untuk
kembali mengadakan tes jawab singkat dengan jawaban sesingkat – singkatnya.
Mahasiswa mulai bingung karena bapak Marsigit membacakan soal dengan sangat
cepat, dan waktu untuk menjawab tes jawab singkat juga bisa dibilang relatif
singkat. Mahasiswa seakan – akan tidak diberikan waktu sama sekali untuk memikirkan
jawaban dari pertanyaan yang diberikan. Soal yang dibacakan berjumlah 55 soal
dengan tema masih sama seperti tes jawab singkat di pertemuan sebelumnya, yaitu
tentang menembus ruang dan waktu.
1. Apa
idealnya realis?
2. Apa
realisnya ideal?
3. Apa
tetapnya perubahan?
4. Apa
berubahnya ketetapan?
5. Apa
fatalnya vital?
6. Apa
vitalnya fatal?
7. Apa
dewanya daksa?
8. Apa
daksanya dewa?
9. Apa
intensifnya ekstensif?
10. Apa
ekstensifnya intensif?
11. Apa
linearnya siklik?
12. Apa
sikliknya linear?
13. Apa
lampaunya sekarang?
14. Apa
sekarangnya lampau?
15. Apa
masa datangnya sekarang?
16. Apa
sekarangnya masa datang?
17. Apa
awalnya akhir?
18. Apa
akhirnya awal?
19. Apa
analitiknya sintetik?
20. Apa
sintetiknya analitik?
21. Apa
apriorinya aposteriori?
22. Apa
aposteorinya apriori?
23. Apa
rasionalnya pengalaman?
24. Apa
pengalamannya rasional?
25. Apa
identitasnya kontradiksi?
26. Apa
kontradiksinya identitas?
27. Apa
harmoninya disharmoni?
28. Apa
disharmoninya harmoni?
29. Apa
idealnya ideal?
30. Apa
realitasnya realitas?
31. Apa
tetapnya tetap?
32. Apa
berubahnya perubahan?
33. Apa
fatalnya fatal?
34. Apa
vitalnya vital?
35. Apa
dewanya dewa?
36. Apa
daksanya daksa?
37. Apa
intensifnya intensif?
38. Apa
ekstensifnya ekstensif?
39. Apa
lineranya linear?
40. Apa
sikliknya siklik?
41. Apa
lampaunya lampau?
42. Apa
sekarangnya sekarang?
43. Apa
masa depannya masa depan?
44. Apa
awalnya awal?
45. Apa
akhirnya akhir?
46. Apa
analitiknya analitik?
47. Apa
sintetiknya sintetik?
48. Apa
apriorinya apriori?
49. Apa
aposteriorinya aposteriori?
50. Apa
rasionalnya rasional?
51. Apa
pengalamannya pengalaman?
52. Apa
identitasnya identitas?
53. Apa
kontradiksnya kontradiksi?
54. Apa
harmoninya harmoni?
55. Apa
disharmoninya disharmoni?
Setelah 55 soal selesai dibacakan, seperti
biasa lembar jawaban ditukarkan ke teman sebelah. Namun tanpa diduga oleh
mahasiswa, bapak Marsigit menyuruh untuk mencoret semua 55 jawaban dari soal
yang diberikan kepada mahasiswa. Mahasiswa bingung, dan galau. Mengapa
demikian? Apa yang salah? Mengapa dicoret semua? Mengapa disalahkan semua?
Kalau begitu nilainya semua nol? Berbagai macam pertanyaan berkecamuk dalam
hati. Bapak Marsigit hanya tersenyum saja. Sepertinya memang ada yang aneh.
Ternyata benar, seluruh mahasiswa mendapat nilai nol. Ternyata bapak Marsigit
hanya akan menyempurnakan metodenya, yaitu metode yang membuat mahasiswanya
mendapat nilai nol semua.
Mengapa demikian? Ternyata kita sedang
menonton permainan ujian. Bagi bapak Marsigit testing atau ujian adalah hal
yang kecil. Pendapat beliau, kalau ada guru yang mengidolakan atau memitoskan
ujian ya silahkan saja. Yang ingin beliau sampaikan adalah bahwa kita sebagai
mahasiswa termakan dan terjebak oleh mitos beliau. Semua tes jawab singkat yang
baru saja dilaksanakan jawabannya salah. Filsafat tidak seperti itu, itu hanya
mempersiapkan diri, hanya untuk berkenalan dengan filsafat. Sebenar – benar tes
jawab singkat itu sangat berbahaya. Filsafat adalah “penjelasanmu mengapa
engkau menjawab demikian”.
Semua jawaban tes jawab singkat itu salah,
itu adalah cara pak Marsigit menyadarkan mahasiswa dari mitos. Termasuk jika
pak Marsigit membuat kunci jawaban, maka semuanya salah. Maka agar adil pak
Marsigit juga memberi nilai dirinya sendiri sebagai dosen dengan nilai nol.
Memang filsafat itu sangat unik dan menarik. Saya sendiri tidak menyesal
belajar filsafat. Kuliah tidak selamanya berakhir dengan tes jawab singkat,
kita tidak boleh larut dalam kata – kata yang penuh mitos. Levelnya sekarang
sudah naik, yaitu level para dewa. Pertanyaan dari tes jawab singkat tadi
adalah mewakili dunia para dewa. Dunia bisa terrangkai menjadi satu icon ideal.
Kemudian supaya muncul ilmu, ideal dan realis dunia yang sangat jauh kemudian
didekatkan yang selanjutnya dapat menjadi persoalan dalampikiran. Itulah dunia
idelanya realis. Penjelasan tentang ideal dan realis itulah sebenar – benar filsafat.
Tes jawab singkat tidak ada gunanya bagi seorang filsuf.
Tes jawab singkat yang selama ini dilakukan
adalah semacam pisau. Pisau dapat menjadi positif maupun negatif. Metode
reduksi dalam jawab singkat membuat icon sangat berbahaya, filsafat seperti itu
adalah kasar dan tidak elegan. Filsafat itu adalah “penjelasanmu yang sedemikian
rupa sehingga dapat dipahami oleh orang awam sekalipun”. Terkait pertanyaan tes
jawab singkat, nomor 1 sampai dengan nomor 28 merupakan sebagian kecil dari kontradiksi,
karena sebenar – benar hidup kita adalah kontradiksi. Misalnya “makan dan
jangan makan”, kita untuk hidup perlu makan, namun jika terlalu banyak makan
bisa mati. Kita harus bisa menjelaskan kapan saat makan dan kapan kita harus
jangan makan, tidak bisa hanya dijawab dengan jawaban singkat. Jawaban singkat
tidak punya makna. Pertemuan perkuliahan kali ini merupakan titik balik dari
tes jawab singkat.
Pembahasan dari soal tes jawab singkat :
1. Idealnya
Realis
Pokok persoalan terletak
pada realis. Kalau membaca buku tentang realisme, belum tentu dalam waktu satu
semester kita dapat menemukan jawaban apakah yang dimaksud dengan realisme. Begitu
juga kalau hanya berpatokan pada penjelasan bapak Marsigit. Yang didapat
hanyalah diri kita yang termakan mitos. Tidak bisa juga kita menetapkan bahwa
falibisme itu adalah salah itu benar, padahal kalau membaca teori tentang
falibisme tidak ada sama sekali kata salah itu benar. Namun kata salah itu
benar adalah cara yang digunakan bapak Marsigit untuk membuat mahasiswa
terbangunkan. Kita sebagai mahasiswa seharusnya jangan berhenti pada penjelasan bapak Marsigit saja,
karena kita berfilsafat tujuannya adalah untuk olah pikir. Berdasarkan
pengalaman yang sudah bertahun – tahun, orang Indonesia paling sigap kalau akan
diuji. Maka diperkenalkanlah soal nomor 1-55 (soal tes jawab singkat) dengan
cara menguji, walaupun cuma uji – ujian/ ujian fiktif.
Menjawab pertanyaan idealnya
realis dengan menggunakan intuisi atau dengan hypotetical analysis. hypotetical analysis bahasa awamnya adalah “ngawur”.
Realis itu diluar pikiran dan nyata. Semua yang ada diluar pikiran tidak ada
yang ideal. Ideal dapat menghasilkan turunannya/ differensialnya adalah perfectionisme.
Di dunia ini tidak ada yang sempurna. Misalnya saja benda lancip, lancip hanya
ada di dalam pikiran, kenyataannya meskipun benda terlihat lancip (misalnya
jarum), jarum itu ketika diperbesar dengan mikroskop ujungnya tumpul. Partikel terkecil
di alam adalah atom, sedangkan atom lintasannya melingkar. Yang jadi masalah
adalah,yang ideal berada di dalam pikiran dan yang realis berada di luar
pikiran bersifat tidak sempurna.
Pertanyaan idealnya realis
artinya bagaimana mengidealkan yang tidak ideal. Contoh kejadiannya adalah pada
pembelajaran matematika, yaitu mengidealkan yang tidak ideal dengan permisalan,
kemudian ketika kita melakukan suatu perbuatan maka dianggap ideal hasilnya,
contoh lain adalah menganggap ideal pasangan. Ternyata sebenar – benar hidup
adalah mengidealkan dari yang realis dan sebenar – benar manusia adalah yang
berusaha mencapai idealnya dari realis atau berusaha mencapai kesempurnaan.
2. Realisnya
ideal
Maksudnya
adalah membuat real dari ideal. Contohnya adalah idealnya manusia itu
berpasangan, maka untuk merealisasikannya adalah dengan cara menikah. Contoh
lain adalah ketika ada sketsa rumah/ design rumah, didalam design rumah itu
adalah ideal maka direalisasikan dengan membangun rumah.
3. Tetapnya
berubah
Dalam diriku apa yang tetap
dalam diriku apa yang berubah. Contohnya adalah cinta kepada istri, cinta
Habibie kepada Ainun, yaitu tetap. Yang dipahami dan memahami semuanya
berstruktur. Tetapnya perubahan itu, yang tetap adalah perubahan itu sendiri. Contoh
lain adalah pertumbuhan badan, badannya tetap namun berubah karena tumbuh.
4. Berubahnya
ketetapan
Contohnya adalah batalnya
perjanjian, bubarnya organisasi, bubarnya / pecahnya wadah, batalnya
kesepakatan, perceraian suami isteri.
5. Fatalnya
vital
Hidup ini adalah interaksi
antara fatal dan vital. Vital itu ikhtiar, fatal itu takdir. Jawabannya adalah
tergantung dimensinya. Kalau berada di tangan Tuhan maka ikhtiar manusia
termasuk takdir. Takdir dengan ikhtiar artinya usaha dan doa. Jadi fatalnya
vital artinya doanya daripada usaha. Supaya hidup harmoni, ikhtiar dan doa
harus istiqomah, ada dan diteruskan.
6. Vitalnya
fatal
Vitalnya
fatal maksudnya adalah Ikhtiarnya takdir/ ikhtiarnya berdoa. Doa itu perlu
diikhtiarkan, misalnya saja dengan caa mengikuti shalat jamaah, belajar berdoa,
bershalawat, mengikuti istighosah,berziarah ke makam para wali, dsb.
7. Dewanya
daksa
Yang namanya dewa pasti ada
daksa, sama juga dengan wadahnya isi.
8. Daksanya
dewa
Daksanya dewa maksudnya
adalah dewa yang berstruktur, ada dewa subjek dan predikat. Misalnya kalau di
UNY dosen adalah para dewa, maka ada dosen golongan 3, golongan 4, ada yang
doktor, ada yang profesor, dsb.
9. Intensifnya
ekstensif
Ekstensif itu keluasan.
Kalau bisa dalam mempelajari filsafat, mendalaminya tidak hanya disini, juga
disana, juga antara sini dan sana, juga setelah dan sebelum sini, diusahakan
secara intensif, artinya kita tetap menegakkan kesadaran kita selalu untuk memikirkan
dan berpikir kapanpun dimanapun. Contohnya adalah blog bapak Marsigit yang
fungsinya untuk mengintesifkan yang ekstensif.
10. Ekstensifnya
intensif
Intensif itu sedalam
dalamnya, kemudian dibuatlah struktur kimianya. Sedalam dalamnya dari segala
sesuatu adalah ontologinya. Ontologi itu isi dan wadah. Jika dinaikkan menjadi
bakal konsep. Kalau di ekstensifkan menjadi konsep 1, konsep 2, konsep 3 dst. Maka
konsep – konsep itu akan berstruktur. Itulah yang dimaksud ekstensif dari
intensif.
11. Linearnya
siklik
Lingkaran yang panjang jari –
jarinya tak terhingga sehingga lingkaran itu membentuk garis lurus. Itulah yang
dinamakan linearnya siklik. Siklik yang reguler rutin dan ajeg menjadi garis
lurus/ linear. Contohnya hari selasa bertemu dengan hari selasa lagi begitu
seterusnya.
12. Harmoninya
harmoni
Harmoni itu adalah keadaan yang
ideal seimbang segenap unsurnya. Misalnya gamelan jawa harmoni, tidak ada unsur
musik yang menyebabkan macet/ aneh. Musiknya saling menduung dengan harmoni,
maka ciri kehidupan yg sehat adalah harmoni.harmoni itu berstruktur dan
berdimensi. Harmoni itu terkompose dari unsur – unsur yang harmoni juga,
makanan halal menyusun harmoni dalam tubuh kita sehingga tubuh menjadi harmoni.
Harmoni mikrokosmos dan harmoni makrokosmos. Harmoni dari negara akan
menentukan harmoni pada masing-masing individunya.
13. Dewanya
dewa
Dewanya dewa adalah dewa yang
berstruktur, ada dewa makrokosmis dan dewa mikrokosmis. Dewa makrokosmis ada yang
bersifat referensial,intuisi,dan analogi. Dewa dalam bahasa analog atau
analoginya dewa misalnya disebutkan ayam dewanya cacing, dewa yg bersifat referensial misalnya dewanya dewa
atau Mahadewa yang beristeri Dewi Bathari Durga disebut dewa yang referensial
karena ada referensinya. Ada dewa yang tertinggi di kerajaan dewa. Kalau di
ekstrak/ abstraksikan dari sisi kekuasaan, berbicara masalah dewa artinya
berbicara masalah kekuasaan, siapa yang bisa apa. Di dunia ini sangat penting
untuk mengetahui dan mempunyai siapa yang berkuasa, karena akan menentukan
hubungan antar unsur/ komponen kehidupan.
14. Lampaunya
lampau
Misalnya adalah “ditelpon
oleh waktu lampau”. Misalnya ketika datang dalam acara reuni SMP atau SMA. Reuni
berarti waktu lampau terbawa ke waktu sekarang, terjadi komunikasi antara waktu
lampau dan waktu sekarang. Kemudian misalnya “menelfon waktu yang akan datang”.
Misalnya adalah USG pada ibu hamil, yaitu mendahului melihat si bayi dengan
teknologi, padahal semestinya bayi tidak bisa dilihat sampai hari kelahiran.
15. priorinya
aposteriori
Aposteriori adalah paham
setelah melihat (dengan indera). Contohnya adalah pada jaman dahulu di Jawa ada
tradisi tontoni, yaitu melihat calon istri/ suami sebelum pernikahan. Apriori adalah
belum melihat bendanya namun sudah paham. Misalkan mendengarkan lagu Ebit G.
Ade, belum melihat Ebit namun sudah paham bahwa itu lagu Ebit. Sehingga dapat
disimpulkan apiorinya aposteriori adalah memikirkan pengalaman. Kita bisa
mengambil kesimpulan pula, sebenar - benar hidup adalah memikirkan pengalaman
dan menerapkan pikiran.
16. Kontradiksinya
kontradiksi
Sengaja pak Marsigit mengambil
permasalahan pada soal tes jawab singkat yang kontradiksi. Hal yang kontradiksi
tersebut dipadukan untuk berpikir. Kalau kita cermat dalam kehidupan sehari
hari, ilmu itu kita diperoleh dari kontradiksi. Kontradiksinya kontradiksi
dapat berupa kontradiksi mikro dan makro, dunia kecil dan dunia besar,
kontradiksi yang berstruktur menembus ruang waktu. Kontradiksi juga memilliki
batasan ruang dan waktu, artinya metakontradiksi, atau kontradiksi yg
tersembunyi.atau kontradiksi semu.
17. Pengalamannya
pengalaman
Artinya struktur pengalaman,
multifaced, multidimensi, atau plural wajahnya. Misalnya jika menjadi presiden,
presiden mempunyai pengalaman bisnis, partai politik, pengalaman pergi keluar negeri,
bisa berbahasa Inggris, pengalaman menjadi gubernur/ walikota, dsb. Pengalaman itu
terkumpul dalam bentuk pengalaman – pengalaman. Pengalaman - pengalaman adalah
refleksi dari pengalaman, maka dibangunlah struktur dunianya sehingga orang
awam yang diajak bicara bisa paham.
Filsafat itu ilmu pola pikir, jadi orang yang
memikirkannya juga berstruktur, maka setiap jawaban tes jawab singkat itu harus
diungkapkan kebenarannya dengan apa yang sempat dipikirkan. Misalnya aku tidak
akan pernah dapat mengetahui kapan akhir itu. Orang tidak akan pernah sampai
pada tujuan, tidak tahu kapan berakhirnya. Maka akhir yang aku pikirkan pada
level ini (dalam hal ini konteks yang dibicarakan adalah tentang akhir, karena
sudah berada di akhir pertemuan perkuliahan), akhir dari segala akhir adalah
menurut keyakinan adalah kiamat. Manusia tidak mampu memikirkannya karena kuasa
tuhan. Pada akhir kuliah, ternyata dunia akhiran terdiri dari unsur unsur
akhiran juga. Akhir itu berstrukur tapi tidak pernah bisa mengerti kapan
berakhirnya. Dalam perkuliahan ini akhirnya adalah membaca doa penutup dan
memberi salam.
Wassalamualaikum wrwb
0 komentar: