biner
06.39
RetnoAfni
0 Comments
06.39 RetnoAfni 0 Comments
BINER
Portfolio
Matematika Model 5
Revisi
Portfolio 1 (UTS)
Oleh
: Nurafni Retno Kurniasih . 15709251007 . PM-A
Senin,
28 Maret 2016
Hidup atau mati, ada
atau tiada, isi atau kosong, salah atau benar, besar atau kecil, kelebihan atau
kekurangan, hitam atau putih, A atau bukan A, Boolean 1 atau 0 adalah
kontradiksi yang terjadi di alam semesta. Begitulah jika kita memandang dunia
dengan sudut pandang oposisi biner. Manusia pada dasarnya adalah seorang
reduksifis. Kita mempunyai filsafat reduksionisme sehingga kita dapat mereduksi
dunia ke dalam kerangka oposisi biner yang merupakan pengandaian dari
kontradiksi atau dua hal yang selalu saling bertentangan. Dari semua yang ada
dan yang mungkin ada di alam semesta ini berhubungan antara sifat – sifatnya
sehingga berstruktur. Alam semesta berkaitan erat dengan ruang dan waktu. Ruang
dan waktu itu berdimensi dan juga berstruktur. Struktur ada dalam kehidupan
sehari – hari kita, dan kehidupan sehari – hari kita tak lepas dari matematika.
Matematika sudah ada
sejak zaman batu atau zaman Pra Yunani Kuno atau zaman purba (antara 4.000.000-20.000
tahun SM). Manusia sudah mulai menghitung dengan menggunakan benda-benda
seperti batu kerikil, ranting, jari – jari tangan, atau tulang hewan. Kemampuan
berhitung ditempuh dengan cara korespondensi satu – satu atau proses pemetaan. Pada
abad 16 - 5 SM manusia telah menemukan alat-alat yang terbuat dari besi,
tembaga dan perak yang digunakan sebagai berbagai macam peralatan. Zaman ini
disebut-sebut sebagai masa persiapan lahirnya filsafat (abad 6 SM). Seiring
berjalannya waktu, kemampuan berpikir manusia terus berkembang. Pada zaman
Yunani Kuno (abad 8-6 SM), orang memiliki kebebasan untuk berpendapat dan
mengungkapkan ide – ide mereka. Zaman ini dipandang sebagai zaman keemasan
filsafat dengan filsuf yang terkenal yaitu Socrates (469-399 SM), Plato
(427-347 SM), dan Aristoteles (384-322 SM). Pada zaman inilah konsep bilangan
mucul. Orang mulai berpikir bahwa menyatakan bilangan dengan menggunakan batu
kerikil, ranting, atau jari – jari tangan dirasakan tidak cukup praktis.
Apalagi kalau jumlah benda yang dihitung terlalu banyak. Kemudian mereka
menggambarkan bilangan itu dalam suatu lambang. Lambang (simbol) untuk menulis
sebuah bilangan disebut angka.
Berbagai lambang
bilangan mulai digunakan, seperti bentuk baji dari orang Babilonia(3000 – 500
SM), lambang bilangan dari bangsa Maya di Amerika pada 500 tahun SM, angka Yunani
Kuno Sekitar 3500 tahun SM, Hieroglif dari orang-orang Mesir kuno (tahun
3000 SM), angka hindu –Arab kuno Pada abad ke 11, angka 1 sampai dengan 9
dari bangsa Arab serta simbol bilangan bangsa Romawi. Memasuki zaman modern,
lambang bilangan yang dikenal dan dipakai di seluruh dunia adalah angka Arab dengan
angka-angka pokoknya adalah 0,1,2,3,4,5,6,7,8, dan 9.
Dari sebuah sumber
menyebutkan, bilangan biner berasal dari nabi Ibrahim a.s.(2.295 SM). Melihat
sejarah ilmu aljabar yang berkembang pesat di jazirah Arab, penggunaan angka
arab (Angka 1,2,3,4,5,6,7,8,9,0) dengan lambang titik (.) sebagai angka nol
dalam Al - Quran ditemukan terlebih dahulu sebelum bangsa lain menemukannya.
Angka biner 0 dan 1 merupakan lambang dari ibadah tawaf dan sa’i. Tawaf adalah
suatu ritual mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali, sangat
jelas bahwa mengelilingi artinya membuat lintasan lingkaran atau sebagai
lambang angka nol. Ibadah Sa’i merupakan salah satu rukun Haji
dan umrah yang dilakukan dengan berjalan kaki (berlari-lari
kecil) bolak-balik 7 kali dari bukit Shafa ke
bukit Marwah dan
sebaliknya, diantara kedua bukit tersebut merupakan lintasan garis lurus
artinya sebagai lambang angka satu. Bukti tersebut diperkuat dengan ayat
Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 125 dan 158. Matematika memang sudah ada sejak
jaman dahulu, hanya saja manusia belum mampu menemukan dan mengungkapkannya.
Biner atau bineritas
merupakan contoh mendasar dari dualisme. Dualisme adalah konsep filsafat
yang menyatakan ada dua substansi. Dualisme merupakan sebuah teori purba yang berakar
dalam budaya Yunani-Roma dan Yudeo-Kristen. Konsep dualitas (prinsip dualisme) yang
berlawanan menjadi tema utama dalam filsafat Yunani. Anaksimander (610-546 SM) menjadi
yang pertama mengajukan teori yang mengatakan bahwa konflik diantara empat
unsur yang berlawanan, panas dan dingin, basah dan kering, merupakan daya alami
kosmos nafsu. Teori yang lebih detail disampaikan oleh para teoresi berikutnya
dengan tetap mempertahankan teori tentang konflik biner ini. Phytagoras (570-
495 SM), Parmenides (540 - 470 SM) dan Aristoteles (384 - 322 SM) menginstitusionalisasikan
teori yang lebih khusus mengenai gender, yaitu dua seks (laki-laki dan
perempuan) sebagai sesuatu yang berlawanan. Phytagoras dalam mazhabnya
mengumumkan, menurut Aristoteles bahwa terdapat sepuluh prinsip yang diatur
dalam dua kolom yang berhubungan :
Terbatas
|
Tak
Terbatas
|
Ganjil
|
Genap
|
Satu
|
Plural
|
Kanan
|
Kiri
|
Laki
- Laki
|
Wanita
|
Diam
|
Bergerak
|
Lurus
|
Melengkung
|
Terang
|
Gelap
|
Baik
|
Buruk
|
Persegi
|
Bujur
|
Plato (427-347 SM)
memandang biner adalah oposisi hubungan jiwa dan badan, dimana Plato
menempatkan salah satu lebih tinggi daripada yang lainnya. Menurut Plato, jiwa
lebih penting daripada badan. Jika badan mati, jiwa tetap hidup dan bebas.
Dasar pemikiran logika
biner 0 atau 1 adalah dari Aristoteles yang mengajarkan hukum berfikir bahwasanya
sesuatu itu pasti tergolong benar atau salah. Logika biner tidak ada yang
samar-samar, tidak ada abu-abu, yang ada hanya hitam atau putih, on atau off,
hidup atau mati, gelap atau terang, benar atau salah. Jika tidak 1 maka 0, jika
tidak gelap berarti terang dan ini adalah sesuatu yang logis. Hal inilah yang
menjadi dasar perkembangan teknologi digital saat ini.
Pada Abad ke 17 (zaman
modern) muncul sistem bilangan biner atau sistem bilangan basis dua.
Sistem bilangan biner modern itu ditemukan oleh seorang filsuf Jerman keturunan
Sorbia dan berasal dari Sachsen, Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) pada
tahun 1679. Sistem bilangan biner (Basis 2) adalah sebuah sistem penulisan angka dengan menggunakan dua
simbol yaitu 0 dan 1.
Sistem bilangan ini merupakan dasar dari semua sistem bilangan berbasis
digital. Bilangan biner ini kemudian dipopulerkan oleh John Von Neuman
(1903-1957). Von Neumann adalah pionir komputer digital modern.
Perhitungan dalam
sistem biner mirip dengan menghitung dalam sistem bilangan lain. Dimulai dengan
angka pertama, dan angka selanjutnya. Dalam sistem bilangan desimal,
perhitungan mnggunakan angka 0 hingga 9 sedangkan dalam biner hanya menggunakan
angka 0 dan 1. Ketika menghitung dengan bilangan biner tetap ada juga aturannya
ketika akan menjumlahkan atau mengurangkan, berbeda dengan operasi aritmatika
bilangan biasa. Dari sistem biner, kita dapat mengkonversinya ke sistem
bilangan Oktal atau Hexadesimal,
Sistem ini juga dapat kita sebut dengan istilah bit,
atau Binary Digit. Contoh konversi bilangan biner ke bilangan desimal.

Cara merubah
bilangan biner ke desimal, misalkan kita ingin mengkonversi nilai 8 bit
10011101 menjadi nilai desimal, kita dapat menggunakan rumus seperti di bawah
ini bahwa:
128
|
64
|
32
|
16
|
8
|
4
|
2
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
Kita menempatkan
angka 1, 2, 4, 8, 16, 32, 64, 128 (pangkat dua) dalam urutan numerik terbalik,
dan kemudian ditulis nilai biner di bawahnya. Untuk mengkonversi, hanya
mengambil nilai dari baris atas di mana ada angka 1 di bawah, dan kemudian
menambahkan nilai-nilai tersebut bersamaan. Misalnya, dalam contoh, kita akan
menjumlahkan angka pada baris atas yang diwakili oleh angka 1 dibawah maka
dijumlahkan seperti ini : 128 + 16 + 8 + 4 + 1 = 157.
Karena kita tahu
biner adalah basis 2 maka angka di atas dapat ditulis sebagai berikut :
1*27 + 0*26 +
0*25 + 1*24 + 1*23 + 1*22 +
0*21 + 1*20 = 157.”
Kalau untuk
mengubah desimal ke biner juga sangat sederhana, caranya dengan membagi nilai
desimal dengan 2 dan kemudian menuliskan sisanya, lalu diulangi prosesnya sampai
tidak bisa membagi dengan 2 lagi, misalnya kita ambil contoh nilai desimal 157:
157 ÷ 2 = 78 dengan
sisa 1
78 ÷ 2 = 39 dengan sisa 0
39 ÷ 2 = 19 dengan sisa 1
19 ÷ 2 = 9 dengan sisa 1
9 ÷ 2 = 4 dengan sisa 1
4 ÷ 2 = 2 dengan sisa 0
2 ÷ 2 = 1 dengan sisa 0
1 ÷ 2 = 0 dengan sisa 1
Sisa hasil
perhitungan tersebutlah merupakan penulisan bilangan binary yaitu 10111001.
Sistem bilangan
biner merupakan dasar dari semua sistem bilangan berbasis digital. Kata Digital
berasal dari kata Digitus, yang dalam Bahasa Yunani berarti jari jemari. Apabila
kita hitung jari jemari orang dewasa, maka berjumlah sepuluh (10). Nilai
sepuluh tersebut terdiri dari 2 radix, yaitu 1 dan 0, oleh karena itu Digital
merupakan penggambaran dari suatu keadaan bilangan yang terdiri dari angka 0
dan 1 atau off dan on (bilangan biner). Sebagai gambaran, proses biner seperti pada
saklar lampu, yang mempunyai 2 kondisi yaitu Off (0) dan On (1). Konsep digital
ini ternyata juga menjadi gambaran pemahaman suatu keadaan yang kontradiksi.
Pada gambaran saklar lampu yang ditekan pada tombol on, maka ruangan akan
tampak terang. Namun apabila saklar lampu yang ditekan pada tombol off, maka
ruangan menjadi gelap. Terang dan gelap adalah kontradiksi. Hidup ini
adalah kontradiksi, alam semesta juga merupakan kontradiksi, yang mana kondisi
alam semesta secara keseluruhan menganut sistem digital ini, yang berarti
bilangan biner mampu mewakili struktur kontradiksi dalam alam semesta.
Sumber:
http://tonywicaksono.blogspot.co.id/2008/11/filsafat-gender.html
http://makalahpendidikanislamismail.blogspot.co.id/2015/08/sejarah-filsafat-pra-yunani-kuno-dan.html
Langganan:
Postingan (Atom)
Mau cari apa ?
TOP10 tulisan populer
-
Variabel Penelitian dan Indikator Variabel
-
Jenis dan Pendekatan Penelitian
-
METODE CAMPURAN (MIXED METHODS)
-
TEKNIK ANALISIS DATA KUANTITATIF
-
Struktur Bilangan Biner (Sejarah dan Filosofi)
-
Teknik Sampling
-
Gathering at Wardah Beauty House Yogyakarta
-
Membangun Pemahaman dan Teori Tentang Filsafat Ilmu
-
Masalah-Masalah Dalam Dunia Pendidikan
-
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR (Tugas)
viewers
359,997
0 komentar: